Sejarah Es Batu di Indonesia, Pernah Import dari Amerika Serikat

- Penulis

Sunday, 9 March 2025 - 08:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto ; ilustrasi

Foto ; ilustrasi

BabelBerdaya.Com | JSCgroupmedia ~ Minuman segar dengan campuran es menjadi pilihan menu favorit berbuka pada bulan Ramadhan. Tahukah kamu, bagaimana sejarah es batu di Indonesia? Ternyata, ada sejumlah kisah menarik di baliknya.

Pada 1800-an, minuman dingin masih merupakan sajian mewah yang hanya dinikmati segolongan kecil keluarga Belanda yang bertempat tinggal di kawasan Meester (sekarang Jatinegara, Jakarta Timur) atau Weltevreden (sekarang Sawah Besar, Jakarta Pusat).

Saat itu, es batu digunakan untuk pelengkap minum bir.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 19 Juni 1972, terjadi kehebohan saat es pertama kali masuk ke Indonesia pada 1846.

Pada 18 November 1846, surat kabar Kavasche Courant memberitakan bahwa sehari sebelumnya, 17 November 1846, sebuah kapal besar dari Boston, Amerika Serikat, telah menambatkan jangkarnya.

Kapal itu memuat es yang dipesan oleh Roselie en Co. Es itu akan dibongkar keesokan harinya. Kabar soal es ini menyebar hingga ke Benteng Batavia setelah adanya pemberitaan soal itu. Kabar ini membuat sibuk pihak Bea Cukai karena belum mempersiapkan aturan mengenai impor es batu.

Kala itu, semua orang memperbincangkan es batu, yang disebut sebagai “batu-batu putih sejernih kristal, yang kalau dipegang bisa membuat tangan kaku”.

Beberapa hari kemudian, muncul iklan Roselie en Co yang menjual es tersebut dengan harga 10 sen setiap 500 gram. Membungkus es batu dengan selimut wol Kehebohan soal es batu tak berhenti sampai di situ.

Surat kabar Javasche Courant menayangkan artikel mengenai cara penyimpanan es batu yaitu dibungkus dengan selimut wol. Es dianggap barang impor berharga dari Amerika sehingga penyimpanannya harus diperhatikan agar tak cepat mencair.

Kedatangan es saat itu juga dianggap sebagai peluang bagi para pelaku bisnis. Sejumlah restoran mulai menyediakan sajian minuman air es.

Baca Juga:  Lidyana Nono Berdarah Muna & Afrika, Wakili Sultra di Ajang Puteri Indonesia 2025

Selain itu, sebuah perusahaan, Djakarta Firms Voute en Gherin, juga memanfaatkan “histeria” masyarakat terhadap es batu dengan menjual selimut wol yang bisa dipergunakan untuk menyimpan es.

Kisah lainnya, saat seorang pengusaha, David Gilet, menyatakan sanggup menyediakan air es untuk berbagai pesta dengan biaya 15 gulden.

Dan, untuk pertama kalinya, air es juga disajikan saat malam Natal pada 1846 di Hotel Des Indes (berubah nama menjadi Hotel Duta Indonesia, dan akhirnya dihancurkan kini menjadi Duta Merlin, Jakarta Pusat).

Obat sariawan Dalam perkembangannya, es batu diketahui bisa menjadi obat sariawan.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu bahkan memberikan bonus sebesar 6.000 gulden untuk mereka yang sanggup mengirimkan es batu ke rumah sakit di Batavia.

Es ini akan digunakan untuk mengobati tentara Belanda yang terkena sariawan. Sementara, untuk di Semarang dan Surabaya, Pemerintah Hindia Belanda menyediakan bonus sebear 7.300 gulden.

Impor es dari Amerika ini berlangsung hingga 1870 karena saat itu sudah berdiri pabrik es di Batavia. Pabrik ini berdiri setelah prosedur pembuatan amoniak ditemukan di Eropa. Teknologi ini diimpor pada 1880.

Kehadiran teknologi ini turut mengubah cara penyimpanan bahan makanan cadangan yang ketika itu belum menggunakan pendingin sejenis ini.

Pabrik es batu bermunculan Satu dekade kemudian, pabrik es batu mulai berdiri di berbagai daerah.

Di Batavia, misalnya, pabrik es berdiri di Molenvliet (Jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk) dan kawasan Petojo.

Kebiasaan minum dingin pun semakin menyebar luas. Pada 1895, seorang pengusaha Tionghoa yang lahir di Semarang, Kwa Wan Hong, mendirikan pabrik es batu di Semarang.

Selanjutnya, pabrik juga berdiri di Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Batavia. | BabelBerdaya.Com | Kompas | *** |

DILARANG mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin REDAKSI.

Berita Terkait

Resmi Dibuka Glasstech Asia & Fenestration Asia 2025
Open House Idul Adha, Gubernur ; “Pererat Silaturahmi”
Strategi Efektif Mempertahankan Talenta Unggul di Industri Teknologi
Haji 2025 | Jamaah Haji Diminta Selalu Pakai Gelang Identitas
Lidyana Nono Berdarah Muna & Afrika, Wakili Sultra di Ajang Puteri Indonesia 2025
Berita ini 32 kali dibaca
Tag :
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Tuesday, 4 November 2025 - 07:42 WIB

Reformasi Birokrasi ; Agen Perubahan Kunci Transformasi Digital Pemerintahan

Tuesday, 28 October 2025 - 01:41 WIB

“Wahai Pak Purbaya” ; Lagu yang Menjadi Seruan Perubahan dari Rakyat Kecil

Tuesday, 28 October 2025 - 00:11 WIB

Pantai Tanjung Batu ; Keindahan Terpencil yang Menunggu untuk Dikenal

Wednesday, 22 October 2025 - 16:32 WIB

Perkebunan Sawit di DAS ; Langgar Aturan, Aktivitas Oknum Rusak Ekosistem!

Monday, 20 October 2025 - 00:19 WIB

Rakerda Ke-IV Pengusaha Muda : HIPMI Babel & Tantangan Ekonomi Global

Tuesday, 14 October 2025 - 00:17 WIB

Sekretariat DPRD Sanggau Sandang Website Terbaik ; Bisa Dipelajari oleh Daerah Lain?

Sunday, 12 October 2025 - 01:28 WIB

Toek Away Jadi Ketua IKM Babel, Gubernur Hidayat ; Sebagai Jembatan Komunikasi

Friday, 10 October 2025 - 09:45 WIB

Ada Lubang Dibawah Meteran KWH, Nur Hayati di Denda Rp7 Juta oleh PLN

Berita Terbaru

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x